Rudal Balistik Indonesia di Sekitar IKN Jadi Perhatian Media Asing

OganAktual.com - Indonesia, sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang secara resmi mengerahkan sistem rudal balistik jarak pendek, telah mengubah dinamika kekuatan regional. Pengadaan rudal KHAN buatan Turki oleh Angkatan Darat Indonesia menandai pergeseran signifikan dalam strategi pertahanan negara tersebut. Hal ini memicu berbagai analisis dari para ahli dan pengamat militer.
Perubahan Strategi Pertahanan Indonesia
Sebelumnya, sebagian besar negara di Asia Tenggara menghindari pengadaan sistem balistik taktis karena sifatnya yang lebih ofensif dibandingkan platform defensif. Namun, Indonesia kini memiliki opsi serangan presisi tinggi dan respons cepat yang dapat membentuk kembali dinamika pencegahan regional. Penempatan rudal di Kalimantan Timur diduga terkait dengan rencana pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari Jakarta ke Nusantara. Situasi ini juga terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Laut Cina Selatan (LCS).
Pemindahan ibu kota menunjukkan peralihan Indonesia dari postur pertahanan yang sebagian besar defensif menjadi postur pencegahan yang lebih gesit dan proaktif. Secara geopolitik, hal ini menggarisbawahi perubahan Jakarta dari ketergantungan tradisional pada Barat menuju hubungan yang lebih beragam dengan mitra seperti Turki.
Sistem Rudal KHAN dan Lokasi Penempatan
Sistem rudal KHAN yang dikembangkan oleh Roketsan, produsen senjata Turki, memiliki jangkauan 280 km. Rudal ini ditempatkan di pangkalan Raipur A Yonarmed 18 milik Angkatan Darat Indonesia di Tenggarong, Kalimantan Timur. Para ahli mengatakan bahwa penempatan pertama mencerminkan pertimbangan geopolitik, geografis, dan simbolis. Kalimantan Timur dipilih karena keamanannya relatif dari serangan langsung, posisinya yang strategis menghadap jalur laut utama, serta perannya sebagai lokasi IKN.
Penempatan rudal di dekat IKN juga menunjukkan komitmen Indonesia untuk melindungi pusat pemerintahan baru dari ancaman berbagai skenario, termasuk potensi serangan rudal presisi jauh. Pemindahan ibu kota bukan hanya urusan administratif, tetapi juga memiliki implikasi signifikan bagi reposisi infrastruktur militer Indonesia.
Dampak Geografis dan Strategis
Posisi Kalimantan Timur sangat strategis karena letaknya yang dekat dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II. ALKI II adalah jalur maritim penting yang sering dilalui kapal perang dan pesawat militer asing. Medan Kalimantan Timur yang lebih kering dan padat juga memberikan kondisi ideal untuk operasi mobilisasi rudal. Rudal KHAN dirancang untuk operasi "tembak-dan-lari" yang cepat, sehingga memungkinkan Indonesia untuk menjaga wilayah dan rute maritim penting seperti Selat Makassar dan Laut Sulawesi.
Diversifikasi Mitra dan Transfer Teknologi
Pembelian rudal KHAN menandai pergeseran dalam orientasi pertahanan Indonesia. Di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto, negara ini mulai meninggalkan ketergantungan pada mitra Barat dan membangun aliansi baru dengan negara-negara seperti Turki, India, dan lainnya. Hal ini terlihat dari akuisisi pesawat tempur Rafale dari Prancis, F-15EX Eagle II dari AS, KAAN dari Turki, dan partisipasi dalam program KF-21 Boramae Korea Selatan.
Selain itu, Indonesia juga sedang mengevaluasi jet tempur J-10C dari China dan melakukan pembicaraan mengenai rudal jelajah supersonik BrahMos dengan India. Diversifikasi ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan dan meningkatkan posisi tawar Indonesia dalam dinamika global.
Impak dan Perspektif Masa Depan
Langkah Indonesia dalam mengerahkan rudal balistik memiliki dampak strategis yang bermata dua. Meskipun meningkatkan postur pertahanan, hal ini bisa memicu kekhawatiran di kalangan negara tetangga dan negara besar yang memiliki kepentingan di kawasan. Oleh karena itu, transparansi dan diplomasi pertahanan sangat penting untuk menghindari persepsi ancaman yang tidak semestinya dan menjaga stabilitas regional.
Dengan modernisasi yang bertanggung jawab, Indonesia menegaskan perannya sebagai aktor regional yang kredibel. Pengadaan rudal KHAN juga merupakan bagian dari kemitraan strategis yang lebih luas antara Indonesia dan Turki, termasuk peluang transfer teknologi dan produksi lokal di masa depan.