ZMedia Purwodadi

Mensos Lantik 1.323 Guru Sekolah Rakyat

Table of Contents
Featured Image


OganAktual.com - Sejak dimulai pada pertengahan Juli lalu, program Sekolah Rakyat (SR) telah menjadi perhatian masyarakat luas. Program ini menawarkan pendidikan bagi anak-anak dari daerah terpencil, pinggiran kota, atau wilayah dengan akses terbatas ke fasilitas pendidikan. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak tantangan dan dinamika yang muncul dalam pelaksanaannya.

Salah satu aspek yang menarik perhatian adalah kondisi belajar mengajar yang penuh perubahan. Banyak siswa dan guru yang awalnya bergabung dalam SR akhirnya memutuskan untuk mundur. Hal ini tidak sepenuhnya mengejutkan, karena proses adaptasi membutuhkan waktu dan pengaturan yang tepat. Meski begitu, Kementerian Sosial (Kemensos) tetap memastikan bahwa SR akan berjalan sesuai rencana.

Saat ini, sudah ada 70 sekolah yang beroperasi. Dalam waktu sepekan lagi, jumlah tersebut akan bertambah menjadi 100 sekolah. Target tahun ini adalah mencapai 159 sekolah. Hal ini disampaikan saat pelantikan 1.323 guru SR oleh Menteri Sosial, Saifullah Yusuf, yang dilakukan secara hybrid.

Gus Ipul, panggilan akrab Saifullah Yusuf, mengakui bahwa perjalanan awal SR tidak selalu mulus. Ada 143 guru dan 115 siswa yang memilih untuk mundur. Namun, pemerintah tetap berkomitmen untuk menjaga kelangsungan program ini. Pihak Kemensos telah melakukan seleksi untuk mengganti guru-guru yang mundur. Diharapkan, pada September mendatang, pelantikan guru dan kepala sekolah untuk 59 titik SR akan selesai.

Guru-guru yang telah dilantik memiliki status sebagai pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK). Untuk tunjangan, pemerintah akan menyesuaikan sesuai kondisi daerah. Di Jakarta dan daerah lain, penyesuaian ini akan dilakukan secara bertahap.

Pendekatan Pendidikan yang Berbeda

SR bukan hanya sekadar bangunan dan fasilitas. Menurut Gus Ipul, SR merupakan jembatan dari keterbatasan menuju kesempatan pendidikan yang lebih merata. Tujuan utamanya adalah memastikan setiap anak dari daerah terpencil, pinggiran kota, atau lereng gunung dapat memiliki akses pendidikan yang layak.

Dinamika pelaksanaan SR juga diungkapkan oleh beberapa kepala sekolah. Contohnya Iksan Cahyana, kepala Sekolah Rakyat Menengah 12 Bogor. Ia mengatakan bahwa setiap hari selalu ada kejutan. Anak-anak di SR membutuhkan perhatian khusus, dan saat ini mereka tidak lagi ingin pulang. Hal ini wajar mengingat latar belakang dan kemampuan kognitif siswanya sangat beragam.

Fitri Puspitasari, dari Sekolah Rakyat Menengah Pertama 10 Bogor, menyebutkan bahwa di sekolahnya ada 11 siswa yang belum bisa membaca dan menulis secara lancar. Selain itu, terdapat dua siswa dengan disabilitas intelektual. Guru-guru di sekolah ini meluangkan waktu setiap hari untuk memberikan bimbingan secara personal, dengan satu guru menangani satu siswa.

Meskipun masih ada kendala, Fitri mengakui bahwa progres sudah terlihat. Meskipun belum sempurna, perkembangan siswa-siswa ini menunjukkan bahwa SR berhasil memberikan dampak positif.

Tantangan dan Progres yang Terus Berkembang

Pelaksanaan SR tentu tidak lepas dari tantangan. Mulai dari keterbatasan sumber daya hingga perbedaan latar belakang siswa. Namun, dengan komitmen pemerintah dan partisipasi aktif para guru, SR terus berkembang. Proses pembelajaran yang adaptif dan perhatian khusus terhadap setiap siswa menjadi kunci keberhasilan program ini.

Di tengah dinamika yang terjadi, SR tetap menjadi harapan bagi banyak anak yang sebelumnya tidak memiliki akses pendidikan yang layak. Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan partisipasi masyarakat, program ini diharapkan mampu memberikan perubahan nyata dalam dunia pendidikan Indonesia.