BBM Makin Mahal, Konversi ke BBG Jadi Solusi Hemat dan Ramah Lingkungan: PGN Perbanyak Bengkel Keliling BBG

Ogan Aktual - Tren konversi kendaraan dari bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) kian menguat di Indonesia, seiring kenaikan harga BBM, isu lingkungan, dan kebutuhan penghematan biaya operasional harian.
Tak hanya kendaraan niaga dan transportasi daring, kendaraan pribadi pun mulai beralih ke gas bumi terkompresi atau Compressed Natural Gas (CNG) yang dikenal lebih hemat dan bersih.
Melihat fenomena ini, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sebagai Subholding Gas Pertamina memperluas dukungannya terhadap adopsi BBG dengan meluncurkan Bengkel Keliling BBG. Program ini diumumkan pada ajang CNG Market Day 2025 di Bandung, Rabu (6/8).
BBG sendiri mulai dilirik karena berbagai alasan teknis dan ekonomis. Yang paling utama adalah penghematan biaya bahan bakar.
Harga BBG saat ini bisa 30–40 persen lebih murah dibandingkan BBM jenis Pertalite atau Pertamax, sehingga dalam jangka panjang, konversi ke BBG mampu memangkas pengeluaran operasional kendaraan secara signifikan.
Selain itu, BBG menghasilkan emisi yang jauh lebih rendah dibanding BBM. Bagi kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya yang menghadapi polusi berat dari sektor transportasi, peralihan ke BBG menjadi pilihan logis untuk mendukung udara lebih bersih.
Namun kendala utama masih seputar akses bengkel perawatan dan infrastruktur pengisian gas yang belum merata. Inilah yang coba dijawab PGN lewat program bengkel keliling.
Bengkel keliling BBG hadir dalam bentuk satu unit kendaraan operasional yang dilengkapi toolset mekanik lengkap dan sistem servis bergilir. Layanan ini akan beroperasi secara rutin di Jabodetabek, Semarang, dan Surabaya hingga Februari 2026, menjangkau pengguna yang kesulitan mengakses bengkel tetap.
Tujuannya diklaim mendekatkan layanan ke pengguna, agar perawatan kendaraan BBG tidak lagi merepotkan.
Menurut Direktur Utama PGN, Arief S. Handoko, inisiatif ini merupakan bagian dari solusi konkret menuju transportasi yang lebih hemat, bersih, dan berkelanjutan.
“Masih banyak masyarakat yang ingin beralih ke BBG tapi ragu karena keterbatasan layanan teknis. Bengkel keliling ini kami luncurkan agar mereka tidak perlu khawatir soal perawatan dan bisa mengakses layanan di kota mereka,” ujar Arief melalui keterangannya.
Sudah 187 Kendaraan Dikoversi ke BBG Sejak 2023
PGN sendiri mencatat, sejak 2023 sudah 187 kendaraan yang berhasil dikonversi dari BBM ke BBG melalui kerja sama dengan Komunitas Mobil Gas (Komogas). Rinciannya, 80 unit pada 2023, 67 unit pada 2024, dan 40 unit di 2025.
Tak hanya memberikan converter kit, PGN juga aktif dalam pelatihan teknisi dan peningkatan infrastruktur Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) untuk mendukung pertumbuhan pengguna BBG secara nasional.
Ketua Komogas, Andy Lala, menyebut pengemudi online adalah yang paling merasakan dampak positifnya.
“Dulu sehari bisa habis Rp150 ribu buat bensin, sekarang dengan BBG cuma sekitar Rp100 ribu. Selisihnya bisa jadi tambahan buat kebutuhan keluarga,” katanya.
Konversi BBG sendiri bukan hanya berdampak bagi pengemudi, tapi juga membuka peluang ekonomi baru. PGN bahkan menggelar pelatihan teknisi konversi BBG yang telah meluluskan 20 orang dari berbagai daerah pada Juli 2025.
Langkah ini memperkuat rantai ekosistem BBG, dari sisi pengguna, penyedia layanan, hingga tenaga kerja teknis yang terampil. Bagi dunia otomotif, tren ini membuka ruang industri baru yang belum banyak digarap.
Direktur PGN Gagas, Santiaji Gunawan, menyatakan bahwa inisiatif ini akan mempercepat adopsi BBG secara nasional.
“Kami ingin ekosistem BBG tumbuh tidak hanya di Jakarta, tapi juga di kota-kota lain. Dengan harga BBG yang lebih murah dan emisi lebih rendah, ini adalah solusi nyata untuk masa depan transportasi Indonesia,” ucapnya.