Hamas Izinkan Bantuan untuk Sandera Jika Israel Berhenti Serangan ke Gaza

Hamas Bersedia Bekerja Sama dengan Palang Merah, Tapi Ada Syarat
Hamas mengumumkan siap berkoordinasi dengan Palang Merah untuk mendistribusikan bantuan kepada para sandera yang ditahan di Gaza. Namun, langkah ini hanya akan dilakukan jika Israel memenuhi beberapa persyaratan penting. Salah satu syarat utamanya adalah keputusan Israel untuk secara permanen membuka koridor kemanusiaan dan menghentikan serangan udara selama proses penyaluran bantuan ke wilayah tersebut.
Dalam beberapa hari terakhir, Hamas merilis video yang menunjukkan kondisi para sandera asal Israel, yaitu Evyatar David dan Rom Braslavski. Dalam video tersebut, kedua sandera terlihat dalam kondisi lemah dan menderita malnutrisi. Salah satu dari mereka, David, bahkan terlihat sedang menggali lubang yang ia sebut sebagai makamnya sendiri. Pengungkapan kondisi ini menarik perhatian negara-negara Barat, seperti Prancis, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat, yang menyatakan kemarahan mereka terhadap situasi yang dialami para sandera.
Kementerian Luar Negeri Israel juga mengumumkan bahwa Dewan Keamanan PBB akan menggelar sesi khusus pada Selasa (5/8) untuk membahas situasi sandera di Gaza. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menyampaikan permintaan agar Palang Merah memberikan bantuan kemanusiaan kepada para sandera.
Kondisi Sandera yang Mengkhawatirkan
Forum Keluarga Sandera menyebut bahwa Hamas telah menahan orang-orang tak bersalah dalam kondisi yang sangat sulit selama lebih dari 660 hari. Mereka juga meminta agar anggota keluarga yang masih ditahan oleh Hamas segera dibebaskan.
"Sebelum mereka dibebaskan, Hamas memiliki kewajiban untuk menyediakan segala kebutuhan yang mereka butuhkan. Hamas menculik mereka dan harus merawat mereka. Setiap sandera yang tewas akan menjadi tanggung jawab Hamas," ujar Forum Keluarga Sandera.
Situasi Kelaparan di Gaza
Dalam 24 jam terakhir, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan adanya enam orang yang meninggal akibat kelaparan atau malnutrisi. Angka ini meningkatkan jumlah total kematian akibat kelaparan di Gaza menjadi 175 orang, termasuk 93 anak-anak.
Al Qahera News TV, yang berafiliasi dengan pemerintah Mesir, melaporkan bahwa dua truk yang membawa 107 ton solar akan memasuki Gaza. Sementara itu, COGAT, badan militer Israel yang bertanggung jawab atas koordinasi bantuan, menyatakan bahwa empat tank bahan bakar PBB telah masuk ke Jalur Gaza untuk membantu operasional rumah sakit, toko roti, dapur umum, dan layanan penting lainnya.
Namun, hingga saat ini belum jelas apakah dua truk solar tersebut benar-benar memasuki Gaza dari Mesir. Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa kurangnya bahan bakar sangat mengganggu layanan rumah sakit, sehingga dokter harus fokus pada pasien kritis atau yang mengalami cedera parah.
Penyaluran Bantuan yang Masih Terbatas
Israel menyalahkan Hamas atas penderitaan yang terjadi di Gaza. Namun, karena tekanan internasional yang semakin besar, Israel pada minggu lalu mengumumkan langkah-langkah baru untuk memperluas penyaluran bantuan. Langkah-langkah tersebut termasuk penghentian sementara serangan di sejumlah wilayah agar bantuan bisa disalurkan melalui udara, serta perlindungan terhadap rute konvoi bantuan.
Meski begitu, organisasi-organisasi PBB menyatakan bahwa penyaluran bantuan melalui udara tidak cukup. Mereka menekankan bahwa Israel perlu mengizinkan lebih banyak bantuan yang disalurkan melalui jalur darat dan membuka akses ke Gaza untuk mencegah kelaparan yang semakin parah.