ZMedia Purwodadi

Tanggul Laut Tol Semarang–Demak Dikebut! Ekosistem dan Akses Warga Diubah Total

Table of Contents
Featured Image

Perubahan Mencolok di Wilayah Pesisir Sayung, Kabupaten Demak

Wilayah pesisir di kawasan Sayung, Kabupaten Demak, kini mengalami perubahan besar-besaran akibat pembangunan proyek tanggul laut tol Semarang–Demak. Dulu, wilayah ini merupakan perkampungan dan bibir pantai yang terlihat jelas dari daratan. Namun, seiring waktu, abrasi dan penurunan muka tanah telah mengubah wajah kawasan tersebut. Kini, area pesisir ini berada ratusan meter dari daratan awal, sehingga menjadikannya sebagai lautan luas.

Proyek pembangunan tanggul laut tidak sepenuhnya melewati laut, tetapi lebih banyak melintasi wilayah tambak dan bekas permukiman warga yang tenggelam akibat naiknya air laut. Sebagian area proyek berada di atas tambak ikan dan daerah pesisir yang kini menjadi genangan air. Di salah satu titik proyek, jarak antara tanggul laut dengan lokasi pantai awal diperkirakan mencapai 700 hingga 800 meter, menandakan betapa drastisnya perubahan geografis di wilayah tersebut.

Perubahan ini juga memengaruhi akses ke lokasi wisata religi di area Morosari. Jalan menuju kawasan makam yang sebelumnya dapat dilalui dari darat kini hanya bisa diakses melewati tanggul atau jalur sungai. Hal ini menambah urgensi pentingnya penyediaan akses baru yang aman dan permanen bagi pengunjung dan warga setempat.

Aktivitas Konstruksi yang Masif

Pembangunan tanggul laut berlangsung secara masif dan hampir tanpa henti pada hari-hari biasa. Ribuan truk setiap minggunya mengangkut material berupa tanah padas dan pasir halus ke lokasi proyek. Material ini digunakan untuk penimbunan yang dilakukan secara bertahap dan berlapis-lapis guna mencapai elevasi yang direncanakan. Setiap lapisan penimbunan dipadatkan setebal 20–30 cm sebelum ditimpa lapisan berikutnya.

Namun, pada hari libur, aktivitas proyek dihentikan sementara untuk menghormati arus lalu lintas wisata religi yang melintasi akses jalan kecil di sekitar proyek. Jalan perkampungan yang digunakan truk saat ini pun mengalami kerusakan cukup parah akibat lalu lintas berat. Namun, jalan ini direncanakan akan dibangun ulang setelah proyek selesai sebagai bentuk kompensasi kepada warga.

Akses menuju sisi timur proyek dilakukan melalui jalur kawasan industri yang telah tersambung lebih baik, sementara sisi barat masih harus melalui jalan desa. Di sekitar sungai yang membelah area proyek, direncanakan pembangunan jembatan baru sebagai bagian dari infrastruktur penunjang, yang kemungkinan akan dimulai saat elevasi tanggul mencapai titik akhir.

Pengelolaan Material dan Struktur Tanggul

Di lokasi proyek, timbunan tanah dibagi berdasarkan jenis material. Di beberapa area, digunakan pasir halus di atas pita PVD (Prefabricated Vertical Drain) dengan ketebalan mencapai 3–4 meter. Di titik lain, tanah padas digunakan untuk penguatan, terutama di bagian dengan struktur penahan atau geotub yang membutuhkan daya dukung lebih tinggi.

Elevasi total timbunan di beberapa titik bisa mencapai 12 meter, dengan perhitungan sekitar 6 meter berada di bawah permukaan tanah atau air, dan sisanya di atas permukaan sebagai jalur tol. Variasi ini disesuaikan dengan kontur laut dan kedalaman area tambak yang terdampak proyek. Ini juga menunjukkan betapa besar volume material yang diperlukan.

Beberapa alat berat tampak terparkir sambil menunggu pasokan material berikutnya. Aktivitas pemancangan bambu (matras bambu) dan penimbunan masih terus berlangsung. Proses penyambungan antara area bambu dengan zona pil slab di titik Sayung hampir tersambung penuh dan akan dilanjutkan dengan timbunan pasir halus untuk menyatukan keduanya.

Perhatian Terhadap Nelayan Lokal

Proyek ini juga memperhatikan potensi nelayan lokal. Sungai Sayung dan Kalibebon akan difungsikan sebagai jalur keluar masuk kapal kecil, sehingga keberadaan tanggul laut tidak sepenuhnya menutup aktivitas maritim warga. Di luar tanggul juga masih terlihat rumpon atau tempat budidaya kerang dan ikan yang masih aktif digunakan.

Di beberapa titik proyek, terlihat pemisahan yang jelas antara area kering, disposal area, dan kolam retensi Sriwulan. Pengaturan ini dibuat untuk menjaga sistem drainase dan pengelolaan air tetap berjalan optimal di tengah aktivitas konstruksi berskala besar. Pembangunan tanggul juga memerlukan pemantauan ketat terhadap pasang surut dan angin laut.

Tantangan dan Harapan Masa Depan

Dengan progres yang terus dikejar siang malam, pembangunan tanggul laut tol Semarang–Demak menjadi simbol upaya besar menghadapi tantangan abrasi pesisir dan penurunan muka tanah. Selain memperkuat infrastruktur transportasi nasional, proyek ini juga diharapkan dapat membuka akses wisata, menjaga lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.